DISUSUN
OLEH KELOMPOK 6:
Cecep Sutisna, ST.
M. Rohman, S.Pd.I.
Dra. Hj.Mudzakiratul
Umah
Hj. Devi Rahayu, S.Pd.
Hj. Yeni
Rokhmatika, S. Ag.
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM AS-SYAFI’IAH JAKARTA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu
tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52
Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya perencanaan
pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan
baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan
Perencanaan pembelajaran secara jelas dan tegas. Oleh karena itu, melalui
tulisan yang sederhana ini akan dikemukakan secara singkat tentang apa dan
bagaimana merumuskan perencanaan pembelajaran menggunakan media. Dengan harapan
dapat memberikan pemahaman kepada para guru dan calon guru agar dapat merumuskan
perencanaan pembelajaran secara tegas dan jelas dari mata pelajaran yang
menjadi tanggung jawabnya.
Tugas utama seorang guru ialah mengajar yang berarti
membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau
kompetensi tersebut telah dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai
pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengorganisasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas
belajar pada diri peserta didik. Proses pembeajaran tidak bisa dipisahkan dari
perencanaan pembelajaran. Dan perencanaan pembelajaran harus dengan sengaja
diorganisasikan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan baik agar dapat
menumbuhkan proses belajar yang lebihsupaya apa yang didapat pada gilirannya
dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Dalam proses pendidikan, perencanaan pembelajaran merupakan
salah satu komponen penting dan memainkan peranan yang sangat besar dalam
mengidentifikasi keberhasilan suatu program pendidikan. Pada dasarnya
perencanaan pembelajaran dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi
tentang jarak dan situasi yang ada dan situasi yang diharapkan dengan
menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Dengan menggunakan data dan informasi
yang ada, guru dapat mengambil keputusan tentang kegiatan belajar mengajar
selanjutnya.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka harus mampu
menerapkan penggunaan media sebagai sarana dalam pelaksanaan perencanaan
pembelajaran. Media pembelajaran salah satu yang merupakan salah satu
komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar
Mengajar yang diharapkan dengan menggunakan pemanfaatan media, seharusnya
merupakan bagianyang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari
bagaimana menerapkantapkan media pembelajaran agar dapat mengektifitaskan
pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan
dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan
mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan
lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru /
fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengenai media
pembelajaran.
B. Tujuan penulisan
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui tentang perencanaan
pembelajaran di sekolah.
2.
Untuk mengetahui cara mendesain
pembelajaran dengan melibatkan media.
3.
Untuk mengetahui cara perencanaan
evaluasi belajar di sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan
pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan
ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan
(desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya siswa tidak
hanya berinteraksi dengan guru, tetapi memungkin berinteraksi dengan semua
sumber belajar yang dipakai untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Oleh
karena itu pembelajaran memusatkan pada bagaimana membelajarkan siswa dan bukan
pada apa yang dipelajari siswa. Adapaun perhatian terhadap apa yang dipelajari
siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum yakni mengenai apa isi dari
pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar tercapai tujuan tersebut. Dalam
kaitan ini hal-hal yang dapat diperhatikan dalam mencapai pembelajaran adalah
bagaiman cara menggorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi
pembelajaran dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang
ada dan dapat berfungsi secara optimal.
Berikut ini definisi tentang perencanaan pembelajaran menurut
para ahli:
a. Ritchya
Ilmu yang merancang detail spesifik untuk pengembangan,
evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas penegetahuan diantara satuan
besar dan kecil persoalan pokok.
b. Smith & Ragan
Proses sistematis dalam mengertikan prinsip belajar dan
pembelajaran ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pembelajaran. Proses
sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pemebelajaran ke
dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pemebelajaran.
c. Zook
Proses berfikir sistematis untuk mebantu pelajar memahami
(belajar)
d. Ibrahim
Kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu
kegiatan pembelejaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan
tersebut, materi apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan, serta
alat atau media apa yang diperlukan.
e. Banghart dan Trull
Proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
f. Toeti Sukamto
Pengembangan pembelajran yang merupakan sebgai sistem yang
akan terintegrasi dan terdiri dari beberapa unsur yang salin berinteraksi.
g. Nana Sudjana
Kegiatan memproyeksikan tindakan apa
yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan
mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajaran
sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian
kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi
jelas dan sistematis.
B. Pengertian
Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari
sumber informasi kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan gagne mengartikan media sebagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa
agar terjadi proses belajar.
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk
membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika
tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya
akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar.
Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat
dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan
guru yang sedang mengajar.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai
kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran
memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah
satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk
membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan
agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber
belajar yang ada.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pembelajaran Menggunakan Media
Media pembelajaran adalah media yang
digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar
serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar
(siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal
tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika
program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan
dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.
Peranan media yang semakin meningkat
sering menimbulkan kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu
terjadi, masih banyak tugas guru yang lain seperti: memberikan perhatian dan
bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat
perhatian. Kondisi ini akan teus terjadi selama guru menganggap dirinya
merupakan sumber belajar satu-satunya bagi siswa. Jika guru memanfaatkan
berbagai media pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media.
Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung
jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Untuk itu guru
lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam
Kegiatan Belajar mengajar.
Secara umum manfaat perencanaan
pembelajaran menggunakan media adalah memperlancar interaksi antara guru dengan
siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.
Sedangkan secara lebih khusus
manfaat perencanaan pembelajaran menggunakan media adalah :
1.
Penyampaian materi pembelajaran
dapat diseragamkan
Dengan bantuan media, penafsiran yang berbeda antar guru
dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara
siswa dimanapun berada.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar,
gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru
untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak
membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif,
sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara
maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus
menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian
menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi
belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari
guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan
kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media
pemahaman siswa akan lebih baik. Media memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirangsang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih
leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari
waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar
lingkungan sekolah.
6. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi
dan proses belajar.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong
siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber
ilmu pengetahuan.
7. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak
memiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya,
seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar,
dan lain-lain.
B. Desain
Pembelajaran (Intructional Designe) Yang melibatkan Media
1.
Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut
pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai
proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan
teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan
pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk
menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan
situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran
dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan
mutu belajar.
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut
Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang
digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas
pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut
dalam kurikulum yang digunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah
praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat
terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu
terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori
belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa,
dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
2. Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
1.
Tujuan Pembelajaran (umum dan
khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
2.
Pembelajar (pihak yang menjadi
fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan
pra syarat.
3.
Analisis Pembelajaran, merupakan
proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
4.
Strategi Pembelajaran, dapat
dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu
kegiatan belajar mengajar. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan
kepada pembelajar
5.
Penilaian Belajar, tentang
pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.
6.
Teori-teori Pembelajaran dalam
Desain Pembelajaran
Penelitian terkini mengatakan bahwa
lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai para
pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar
mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antar
pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar
(student oriented). Dengan kata lain, penggunaan media menggunakan audio visual
atau komputer media dapat membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat.
Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui perbedaan
pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran
yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para
pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani
perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya
interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual, Terdapat beberapa teori
belajar yang melandasi penggunaan teknologi/komputer dalam pembelajaran yaitu
teori behaviorisme, kognitifisme dan konstruktivisme. Yaitu sebagai
berikut:
1.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme memandang fikiran
sebagai “kotak hitam” dalam merespon rangsangan yang dapat diobsevasi secara kuantitatif,
sepenuhnya mengabaikan proses berfikir yang terjadi dalam otak. Kelompok ini
memandang tingkah laku yang dapat diobservasi dan diukur sebagai indikator
belajar.
2.
Teori Kognitivisme
Kognitivisme membagi tipe-tipe
pembelajar, yaitu: 1) Pembelajar tipe pengalaman-konkret lebih menyukai contoh
khusus dimana mereka bisa terlibat dan mereka berhubungan dengan
teman-temannya, dan bukan dengan orang-orang dalam otoritas itu; 2) Pembelajar
tipe observasi reflektif suka mengobservasi dengan teliti sebelum melakukan
tindakan; 3) Pembelajar tipe konsepsualisasi abstrak lebih suka bekerja dengan
sesuatu dan symbol-simbol dari pada dengan manusia. Mereka suka bekerja dengan
teori dan melakukan analisis sistematis. 4) Pembelajar tipe eksperimentasi
aktif lebih suka belajar dengan melakukan paktek proyek dan melalui kelompok
diskusi. Mereka menyukai metode belajar aktif dan berinteraksi dengan teman
untuk memperoleh umpan balik dan informasi.
3. Teori Konstruktivisme
Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi belajar,
yang memandang belajar sebagai yang kontekstual. Aktivitas belajar yang
memungkinkan pembelajar mengkontekstualisasi informasi harus digunakan dalam
mendesain sebuah media pembelajaran. Jika informasi harus diterapkan dalam
banyak konteks, maka strategi belajar yang mengangkat belajar multi-kontekstual
harus digunakan untuk meyakinkan bahwa pembelajar pasti dapat menerapkan
informasi tersebut secara luas. Belajar adalah bergerak menjauh dari
pembelajaran satu-cara ke konstruksi dan penemuan pengetahuan.
4. Model-model Desain
Pembelajaran
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang
dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat
diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem,
model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar.Model
berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro
(kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya
adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran
untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model
hannafin and peck.
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model
desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang
cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll.
contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai
model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model
Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp.
Beberapa contoh dari model-model diatas akan diuraikan
secara lebih jelas berikut ini:
1. Model Dick and Carrey
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and
Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah
Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a. Mengidentifikasikan
tujuan umum pembelajaran.
b. Melaksanakan analisi
pembelajaran
c. Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d. Merumuskan tujuan
performansi
e. Mengembangkan
butir–butir tes acuan patokan
f. Mengembangkan
strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan
memilih materi pembelajaran
h. Mendesain dan
melaksanakan evaluasi formatif
i. Merevisi bahan
pembelajaran
j. Mendesain dan
melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah
sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok
sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada
model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus
antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang
terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari
satu urutan ke urutan berikutnya.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi
tujuan pembelajaran Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi
maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran
tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu
rancangan pembangunan.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu
mata pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik
atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan
materi pada akhir pembelajaran, (2) adanya pesatuan antara tiap komponen
khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3)
menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan
desain pembelajaran.
2. Model Kemp
Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar jika
ditunjukkan dalam sebuah diagram. Secara singkat, menurut model ini terdapat
beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
a. Menentukan tujuan dan
daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya;
b. Menganalisis
karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
c. Menetapkan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak
ukur perilaku pelajar;
d. Menentukan isi materi
pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
e. Pengembangan prapenilaian/
penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar dan pemberian level
pengetahuan terhadap suatu topik;
f. Memilih
aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau
menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah menyelesaikan
tujuan yang diharapkan;
g. Mengkoordinasi dukungan
pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas,
perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran;
h. Mengevaluasi
pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta
melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari
perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang
dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
3. Model Assure
Model assure merupakan suatu model
yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau
disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini
terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
·
Evaluate and Revise
·
Analyze Learners /Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran
akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan ciri-ciri oelajar, isi dari
pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri.
Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri
pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal
pelajar sesuai .berdasarkan ciri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya
belajar :
·
States Objectives /Menyatakan Tujuan
·
Select Methods, Media, and
Material/Pemilihan Metode
·
Utilize Media and
materials/Penggunaan Media dan bahan
·
Require Learner Participation
/Partisipasi Pelajar di dalam kelas
4. Model Addie
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih
generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE
muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu
fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
·
Analisis
·
Desain
·
Pengembangan
·
Implementasi
·
Evaluasi
5. Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang
terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase
pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini,
penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah
model desain pembelajaran berorientasi produk.
C. Perencanaan
Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang
dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran. Pengertian dari evaluasi
adalah :
1. Evaluasi
adalah suatu proses yang terus menerus, sebelum, sewaktu dan sesudah proses
belajar mengajar.
2. Proses
evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yakni untuk mendapatkan
jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran.
3. Evaluasi
menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.
Evaluasi berkenaan dengan proses yang berhubungan dengan
pengumpulan informasi yang memungkinkan kita menentukan :
1.
Tingkat kemajuan pengajaran
2.
Ketercapaian tujuan pembelajaran.
3.
Bagaimana berbuat baik pada
waktu-waktu mendatang.
Evaluasi meliputi pengukuran dan
penilaian. Pengukuran berakaitan dengan ukuran kuantitatif, sedangkan penilaian
terkait dengan kualitas (Suharsimi Arikunto).
BAB IV
KESIMPULAN
Pembelajaran atau pengajaran adalah
upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam
pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode
untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan
pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan
ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Media adalah segala sesuatu yang
dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Sedangkan pembelajaran adalah usaha guru untuk menjadikan siswa melakukan
kegiatan belajar. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dan pada akhirnya dapat
menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Manfaat media pembelajaran
tersebut adalah: penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa, memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja, menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Evaluasi merupakan suatu proses
berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai
keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran.
Hamzah B. Uno.2008. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nana Syaodih Sukmadinata.
2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Omar Hamalik.2005. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara
Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008
tentang Standar Proses
W. James Popham dan Eva L.
Baker.2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terj. Amirul Hadi,
dkk). Jakarta: Rineka Cipta.
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Grasindo.
Ruhimat, Toto, (2009), “Kurikulum
& Pembelajaran” jurusan kurtekpend, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar